Bagi kaum awam atau manusia pada umumnya,akan cepat memvonis dan beranggapan bahwa ‘manusia’ salafy memang seperti itu.
Apakah memang demikian keadaanya?
Nah,inilah
yang Insya Allah akan kita bahas panjang lebar tanpa menampilkan dalil
(bukan berarti tidak memiliki dalil) ini bertujuan untuk menjaga
keseimbangan dan menghidari prasangka memihak pihak tertentu.
Ada
beberapa faktor yang menimbulkan Salafy dianggap sesat dan
menyesatkan,antara lain syubhat (tuduhan yang belum tentu kebenarannya)
seseorang yang:
1.Minim ilmu pengetahuannya.
2.Mengaku salafy namun bertindak diluar perbuatan para salafus shalih.
3.Firqoh atau golongan yang mengatas namakan Salafy.
4.Orang Islam yang sudah kehilangan kemurnian Ajaran Agamanya sendiri.
Sebenarnya masih banyak alasan-alasan lain dan sebab juga factor yang menimbulkan nama dan reputasi Salafy
begitu asing,dianggap sesat,dan dianggap pula terlalu fanatik dalam urusan agama dalam kehidupan masyarakat,yang
mana masyarakat saat ini masih begitu kental dengan budaya nenek moyang
yang sudah mendarah daging seperti yang terjadi di negeri Indonesia
ini.
A.Minimnya Ilmu Pengetahuan
Faktor
ini adalah factor yang utama,karena hanya sedikit orang yang akan
meneliti kembali sebelum ia membuktikan sendiri atas kebenaran berita
yang ia dengar dan ia terima.
Misal,contoh kecil tuduhan bahwa salafy adalah wahabi.
Yang
padahal sebenarnya julukan ‘wahabi’ ini dibuat oleh para lawan-lawan
ulama salaf yang mana lawan-lawan ini tidak terima jika mereka
dikatakan sebagai ahlul bid’ah oleh para ulama salaf.
Mengapa mereka menjuluki ‘wahabi’?
Karena
gerakan salaf atau mengembalikan dan menghidupkan kembali sunnah nabi
dan seperti apa yang dilakukan oleh para sahabat di zaman
nabi,dihidupkan kembali oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (661 H – 724 H) di Abad ke VII dan dijayakan kembali oleh Muhammad bin Abdul Wahab
(1702 M – 1787 M) yang oleh lawan-lawanya dinamakan ‘wahabiyyah’ sedang
pengikut Muhammad bin Abdul Wahab sendiri menamakan diri mereka
‘al-muwahhidun’ yang sebagian besar mengambil madzab Hanbali yang
disesuaikan dengan tafsir syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.
Siapakah sebenarnya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah?
Apakah beliau memang benar telah rusak aqidahnya seperti apa yang dikatakan mereka yang kurang menyukai sosok Ibnu Taimiyyah?
Tanpa memihak,sedikit saya akan membahas siapakah beliau Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.
Nama dari ulama besar dan ahli hukum besar ini adalah Taqiyuddin Abul Abbas Ahmad bin Abdul Halim bin Abdul Salam bin Abdullah bin Muhammad bin Taimiyah Al-Harrani Al-Hanbali.
Ia lahir di Harran pada hari senin tanggal 10 Rabi’ul awal 661 H atau 22 Januari 1263 M.
Meskipun
Ibnu Taimiyah sebenarnya adalah seorang yang bermadzhab hanbali,tetapi
ia tidak mau mengikatkan dirinya kepada seluruh cara berfikir Ahmad bin
Hanbal,tetapi ia sendiri menganggap sebagai seorang Mudjtahid fil
Mazhab,sebagai imam-imam mazhab yang lain-lain itu dengan keyakinan
bahwa menurut ajaran agama Islam ia berhak penuh berdasarkan Al-Qur’an
dan Sunnah menetapkan suatu hukum sebagaimana ulama-ulama yang menamakan
dirinya mudtahid-mudjtahid.
Sebagai anak kelahiran Harran,yang
mempunyai sifat-sifat keberanian dan ketegasan,ia tidak pernah tunduk
apa lagi sesudah ia menjadi ulama besar dan ahli fatwa Islam yang
disegani,ia tidak pernah ragu-ragu dalam mempertahankan
pendirian-pendirian ahli salaf.
Ia merupakan musuh besar daripada
orang-orang yang memasukkan kemasehian dan kemadjusian dalam Islam dan
ia menjadi musuh besar bagi orang-orang yang membuat amal baru atau
bid’ah dalam Islam,tidak ada satupun merasa aman terhadap Ibn
Taimiyah,terutama aliran-aliran
Charidjiyah,Murdjiyah,Rafidhah,Qadariyah,Mu’tazilah,Karmatiyah,Asy’ariyah,dll
Terhadap
Imam Al-Ghazali,Ibn Taimiyah juga mengusut kepada kitab Al-MunQiz dan
Ihya Ulumuddin,karena dalam kitab itu banyak sekali memakai hadits
dha’if.
Dari sudut filsafat,Ibnu Taimiyyah juga mengusut Ibnu
Sina dan Ibnu Sab’in yang telah banyak memasukkan paham-paham filsafat
Yunani kedalam ajaran Islam.
Ia bertanya:’Bukankah filsafat itu membawa kepada syirik dan melemahkan Islam?’
Ia mengatakan terhadap orang sufi:’Orang sufi dan mutakallimun sebenarnya timbul dari satu jurang yang sama’.
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah memperingatkan bahwa Islam diturunkan untuk
memperbaiki paham-paham yang salah,yang dimasukkan dari paham Yahudi dan
Nasrani.
Dari itu,beliau mendapat serangan balik dari kanan
maupun kiri,dari dunia Kristen,yahudi maupun dari berbagai sempalan
Islam itu sendiri.
Sehingga Sultan Islam setempat dan hakim-hakimnya terpaksa ikut campur melindungi beliau dengan memasukkanya di dalam penjara.
Ibnu
Taimiyah telah menghilang untuk sementara waktu,tetapi penganut
pahamnya tumbuh bak jamur dimusim hujan,diantaranya Ibnu Qayyim dan
Abdul Wahab Nadjdi.
Meninggalnya beliau membuat gempar seluruh Damaskus.
Semua penduduk Damaskus merasa kehilangan,baik musuh maupun kawanya menerima hari kematianya dengan air mata bertetesan.
Damaskus
menujukkan kehormatan yang paling besar pada dirinya,Dua ratus ribu
laki-laki dan lima belas ribu perempuan mengantarkan jenazah sang
mudjtahid dan seorang ulama besar di zamanya itu.
Ibnu Al-Waqidi
mengucapkan rangkaian sajak,yang membuat Ibnu Taimiyah seakan-akan hidup
kembali ditengah-tengah hadirin yang melaut itu dengan perjuangannya:
‘Kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah Muhammad Rasulalloh Salallahu’alaihiwassalam yang Sebenar-benarnya’.
Itulah sekelumit sejarah Ibnu Taimiyah r,semoga Allah merahmati beliau.Amin.
Jadi,masalah
salafy,wahaby,atau apapun itu sebenarnya hanyalah masalah nama,apapun
nama yang kita lontarkan pada seseorang apakah sudah bercermin pada diri
kita? tanpa kita ketahui begitu pentingnya menuntut ilmu terlebih
dahulu untuk mencari yang sebenarnya,mana yang haq dan mana yang baatil?
Selain
itu,nama wahabi ini juga merupakan fitnah yang tidak mendasar dan bukan
bentuk sikap SMART dalam menanggapi suatu agama yang sebenarnya
merupakan masalah terpenting dari yang paling penting dibandingkan
urasanya didunia ini.
Jika kita selalu berfikir smart,tentu kita
tidak akan melakukan taklid buta terhadap agama seperti yang dilakukan
oleh nenek moyang kita.
Kita akan terus mencari
kebenaran-kebenaran dan tentunya sesuai tuntunan agama kita dan sesuai
dengan apa yang telah disampaikan oleh nabi kita dan menjauhi segala
apa yang tidak disyariatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya
Rosulualloh Salallahu’alaihi wassalam meskipun fitnah dan
tuduhan-tuduhan tak henti-hentinya untuk menyerang dan
menenggelamkannya.
Sesat atau tidaknya suatu agama Islam ini,kita
dapat melihat dari bagaimana cara mereka sholat,bermasyarakat,memimpin
keluarga bahkan bagaimana cara dia bertutur sapa dan berkewarganegaraan.
Jika sesorang pernah melanggar syari’at Islam,toh belum tentu juga dia adalah seorang yang sesat juga kafir,bisa karena kejahilannya bisa juga karena minimnya pemahamnya.
Kita
harus dan perlu menanyakan apakah yang kita kira sesat itu ada dalam
Islam ini? dan apakah kita selama ini telah melakukan apa yang telah
disyari’atkan oleh agama sehingga dengan mudahnya kita menganggap mereka
sesat?
Sebagian besar kita,jika yakin dengan agama yang dibawa
nenek moyang kita,tanpa memiliki keinginan hati untuk mencari kebenaran
yang sebenarnya,tentu sekecil apapun itu ia tidak akan berfikir untuk
menanyakan hal-hal yang belum dan baru ia akan ketahui.
Dan hal ini
cenderung lebih cepat menganggap sesat suatu aliran agama jika tidak
sesuai dengan pengetahuan yang ia miliki yang ia anggap sudah benar.
Ini
sebuah fenomena menyedihkan juga memprihatinkan di masyarakat dalam
menanggapi suatu ‘ilmu baru’ khususnya dalam bidang agama.
Sebagai
perumpamaan,sebagus apapun suatu tempat pendidikan (sekolah),sarana
prasaranya paling lengkap,guru-gurunya juga terkenal dan paling tersohor
sedang para siswanya adalah orang-orang yang memang gemar berkelakuan
tidak baik,suka tawuran,suka bolos,free sex,narkotika dan semacamnya.
Apakah hal seperti ini memiliki indikasi bahwa sekolah tersebut gagal dan tidak layak?
Tentu tidak.
Begitu
juga dengan agama Islam tercinta ini,sebaik apapun ajaran
didalamnya,jika para penganutnya belum dapat melakukan apa yang telah
disyari’atkan dan apa yang telah dilarang,bukan berarti agama yang tidak
baik melainkan kembali pada individu masing-masing.
Sekarang,lihat,seseorang
menjalankan sunnah (missal celana ngatung atau jenggot panjang) sudah
seperti manusia aneh dan asing bukan?,ini karena sejak kita lahir,kita
tidak mengenal dan tidak pula dikenalkan dengan kemurnian Islam itu
sendiri.
Akibatnya?
Kemurnian Islam perlahan menghilang
ditelan dengan budaya-budaya kafir ;gossip,musik,dll yang mana bukankah
hal tersebut sudah tegas dilarang dalam Islam?
Masa’ sih gossip
ama musik dilarang? (itulah pertanyaan kita yang memang dari kecil telah
kita ketahui bahwa hal tersebut adalah sah-sah saja,namun apakah memang
hal tersebut dilarang? hanya orang-orang tertentu yang memiliki rasa
untuk menanyakan kembali hal tersebut.)
Kemurnian Islam perlahan menghilang dan menjadi asing,sama seperti halnya saat Islam itu datang.
‘Dia datang dengan asing dan akan kembali menjadi asing’
Contoh konkritnya,sangat banyak kita lihat sahabatku..!
Shalat berjama’ah,apakah setiap kaum pria muslim tidak diwajibkan melakukan shalat berjama’ah di masjid?
Apakah wanita muslimah diperbolehkan membuka aurat di tempat-tempat umum dan yang bukan mahromnya saat ia telah baligh?
Apakah isbal (menurunkan celana,sarung,jubah sampai dibawah mata kaki) tidak dilarang dalam Islam?
Apakah istri-istri diperbolehkan keluar rumah meskipun tanpa udzur sekalipun?
Apakah musik dan gambar-gambar juga obyek-obyek menyerupai makhluk bernyawa itu juga halal dan diperbolehkan dalam Islam?
Apakah kisah fiktif,gossip,kartun yang tidak ada hubungannya dengan mengingat Allah diperbolehkan dalam Islam?
Apakah salam-salaman yang bukan mahromnya dihalalkan dalam Islam?
Apakah
sudah menjadi kebiasaan wanita dan pria bukan mahromnya
bersatu,bersendau gurau,berpegangan tangan,sehingga meninggalkanya
seolah-olah sebuah perkara yang asing dan tabu?
Mengapa saya menanyakan hal seperti ini?
Tentu,karena ini yang terjadi di masyarakat kita yang mayoritas mengaku beragama Islam.
Tapi,bukankah Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui Rasul-Nya telah melarang hal-hal tersebut seperti diatas?
Lalu agama apa yang mereka anut itu?
Ini
adalah bukti bahwa ketidaktahuan dan minimnya ilmu pengetahuan akan
menyesatkan kita lebih dalam,dalam dan lebih dalam lagi hingga sudah tak
dapat lagi hati kita menerima berita yang benar lagi baik.
B. Mengaku Salafy Namun Bertindak diluar Perbuatan para Salafus Shalih
Inilah faktor lain yang membawa nama Islam menjadi terpuruk dan semakin menjadi bahan olokan orang-orang kafir.
Tidak
sedikit kita menjumpai para ikhwan dan akhwat yang mengaku ‘salaf’
mengikuti sunnah nabi tapi dalam kesehariannya masih
merokok,menggunjing,bercanda yang tidak pada tempatnya,tidak murah
senyum,sulit bersosialisasi,bersifat kaku dalam masyarakat,mendengarkan
musik,menonton televisi,sibuk berpolitik,bernyanyi dan kurang memahami
serta mensyukuri apa yang sebenarnya Islam ajarkan pada hamba-hambanya.
Hal-hal
tersebut membuka pintu orang-orang kafir dalam memvonis dan mencari
selah dalam menyimpulkan salafy adalah ajaran sesat dalam Islam.
Jika,kita
para ikhwan,akhwat seluruh kaum muslimin beri’tiqad menjalankan apa
yang disyari’atkan dan menjauhi apa yang dilarang,berpegang pada Qur’an
dan Sunnah,istiqamah,tentu kita akan melakukannya tanpa terkecuali.
Kecuali
jika hawa nafsu memang belum penuh dapat kita kuasai,maka janganlah
sekali-kali kita merasa aman atas amal apa yang telah kita lakukan.
C. Firqah atau Golongan yang Mengatasnamakan Salafy
Faktor
inilah yang paling banyak dan memungkinkannya nama ‘salafy’ adalah
dianggap sebagai aliran sesat,khususnya bagi kaum muslimin yang belum
mengenal ajaran Islam yang murni.
Salafy atau ahlussunnah adalah
sebuah nama yang sebenarnya diperebutkan dan juga banyak diinginkan oleh
golongan-golongan terutama dalam firqoh-firqoh Islam yang telah terbagi
menjadi 73 Golongan ini.
Mereka semua mengaku merekalah ahlussunnah,golongan yang ini menganggap sesat golongan yang itu.
Dalam
firqoh-firqoh Islam entah itu
Syi’ah,Khawarij,Mu’tazilah,Batiniyah,Qadariyah,dll memiliki aqidah yang
berbeda terutama dalam masalah fiqih dan ke-tauqid-an.
Dan mereka mengaku sebagai salafy,ahlusunnah wal jamaah,dan pengikut generasi salafuh shalih.
Masyarakat
pada umumnya yang masih awam,dengan mengenal salah satu firqoh dan
mengenali ilmu fiqih dan tauhid akan berpendapat,’oh,seperti ini toh
salafy itu?’.
Padahal,Salafy atau Ahlussunnah wal Jamaah adalah
Islam itu sendiri yang mana beri’tiqad memurnikan Aqidah dan tetap
berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah.
Salafy tidak
memihak,mereka berada ditengah-tengah,mereka tetap berpegang dengan
Qur’an dan Hadits,mereka menolak bid’ah dalam syari’at Islam,mereka
menjaga kemurnian Islam dari hama-hama dan ulama-ulama Ahlul
Bid’ah,mereka tegar dan istiqomah diatas sunnah tanpa terpengaruhi
dengan olok-olokan,ejekan,gunjingan,umpatan,fitnah dan kedzaliman
masyarakat-masyarakat yang sudah mulai terkikis keimanan dan
ketauhidanan masyarakat-masyarakat tersebut dari budaya-budaya kafir
yang malah mereka bela daripada syari’at agama mereka
sendiri,Na’udzubillah!
Hal inilah yang membuat nama salafy
bertambah asing dan tidak diperjuangkan lagi,karena selain minimnya ilmu
pengetahuan kita,juga karena budaya kafir yang telah mengaburkan
kemurnian Islam yang seharusnya kita sebagai penganutnya memiliki
kewajiban dalam menjaganya.
D.Orang Islam yang Kehilangan Kemurnian Ajaran Agamanya
Seperti
kita tahu,nenek moyang kita,sebagian besar bukanlah menuntun kita dalam
memperoleh dan mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala,melainkan
memperkenalkan dengan berbagai macam praktek menyekutukan Allah
Subhanahu wa Ta’ala,seperti;Jampi-jampi,Pintan,Zodiak,Ramalan
Bintang,Primbon,dll.
Dan jangan salahkan jika masyarakat kita
saat ini lebih cenderung membela apa yang mereka pertama kali dapatkan
dari nenek moyang mereka daripada membela kemurnian ajaran yang selama
ini mereka anggap agamanya itu,yakni Islam.
Hanya orang-orang
yang diberi Allah Hidayah yang akan mencari tahu keselamatan dirinya
sendiri baik dunia maupun di akhirat,yakni dengan selalu mencari
kebenaran dari berdo’a,menuntut ilmu,dan selalu berikhtiar.
Sekarang perhatikan sahabatku,..
Seseorang
meninggalkan acara Tahlilan, sudah pasti akan menjadi buah bibir
masyarakat dan sanksi sosial itulah yang kadang membuat seseorang
terpaksa melakukanya yang padahal orang itu itu mengetahui bahwa
Tahlilan tersebut bukanlah sebuah syari’at Islam bahkan merupakan bid’ah
yang mungkar.
Tetapi,saat ada saudara kita meninggalkan shalat
jum’at atau shalat wajib berjama’ah di Masjid yang merupakan sebuah
kewajiban,tak ada seorangpun mempermasalahkan hal tersebut.
Apakah kita terlalu bodoh sehingga tidak dapat membedakan mana yang wajib,mana yang sunnah dan apalagi mana yang bid’ah???
Apakah kita beramal dan beribadah semata-mata hanya untuk dipandang dan agar tidak diasingkan dalam masyarakat???
Begitu
besarkah nilai penghormatan dan pujian orang dan derajat dihadapan
orang dibandingkan dengan derajat kita di hadapan Allah Subhanahu wa
Ta’ala???
Perhatikan lagi sahabatku..
Bid’ah lebih disukai Syetan daripada maksiat,maka waspadalah dan berjhati-hatilah.
Mengapa?
Jika
maksiat jelas sebuah dosa yang dapat ditebus dengan taubat,maka bid'ah
seseorang akan sulit untuk ditinggalkan karena sudah dianggap bagian
dari syari'at dan dianggap pula sebuah kebaikan,jika mereka
diperintahkan untuk bertaubat,mereka akan menjawab 'memangnya apa yang
telah aku lakukan sehingga aku harus bertaubat?'
Syetan menang kembali..
Percakapan dua ulama:
Ulama A:
‘menurutku tahlilan itu bid’ah,dan bid’ah itu adalah kesesatan dan amalnya juga tertolak.
Akan
lebih baik mengamalkan apa yang disampaikan oleh Rasul yang jelas bukan
bid’ah dan yang jelas juga diterima amalnya,dapat pahala karena tidak
melakukan bid’ah yaitu tidak melakukan maksiat terhadap Allah Subhanahu
wa Ta’ala’
Ulama B:
‘menurutku tahlilan itu boleh-boleh saja
yang terpenting baik niatnya meskipun tidak dicontohkan oleh
Rasul,masalah diterima-tidaknya itu urusan Allah Subhanahu wa Ta’ala
kita hanya berusaha sebaik mungkin dan bentuk berbakti anak terhadap
orang tuanya yang telah meninggal dunia.’
Ulama A:
‘apakah
kita kmengira Rasul masih kurang dalam menyampaikan ajaran Islam
ini,sehingga ada tambahan-tambahan baru yang tidak pernah dilakukan oleh
para sahabat Nabi?
Bukankah berbakti kepada orang tua adalah dengan
mendoakan dan sama-sama saling memberikan nasehat yang benar? Tentu
sesuai dengan apa yang Islam tuntunkan?’
Ulama B:
‘Bukankah
akan lebih baik jika Islam ini diperkaya dengan cara-cara Islami tentu
tidak bertujuan menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala.’
Ulama A:
‘Meskipun
cara-cara baru itu tidak bertujuan menyekutukan Allah Subhanahu wa
Ta’ala,tapi bagaimana jika suatu saat nanti hal itu dianggap sebuah
syari’at dan kewajiban oleh anak dan cucu kita nanti sehingga ada
pertumpahan darah dan rentan akan adu domba kaum kuffar? sedangkan
ritual-ritual semacam itu bukanlah bagian dari agama Islam ini?’
Ulama B:
‘wallahua'lam.’
Dari
percakapan dua ulama tersebut,kita dapat mengetahui bahwa Islam harus
secara konsisten kita jaga kemurniaanya bahkan dari bahaya hal-hal baru
yang bersifat baik sekalipun.
Sahabatku..
Kita kaum
muslimin,perlahan tapi pasti telah digiring oleh kaum musyrikin untuk
menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala,bahkan sampai kita memungkiri
kita telah melakukannya karena kita menganggapnya baik dan merasa tidak
menyekutukannya.
Antara lain,
Game online,sinetron,lagu-lagu
dan musik,photo dan gambar-gambar yang mengajak kita untuk memenuhi hawa
nafsu kita entah majalah model pakaian,rambut bahkan sampai pakaian
dalam.
Keluaran baru berbagai media canggih baik komunikasi,transportas,seperti mobil,handphone,robot,dll
Secara
tidak langsung,hal-hal tersebut jika tidak diimbangi dengan iman yang
kuat,tetap berpegang pada Qur’an dan Sunnah,akan membawa kita semakin
jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Namun,tetap saja,kini hal-hal
tersebut tetap dibela mati-matian untuk memperolehnya bahkan sampai
mengorbankan aqidah,kehormatan diri dan nyawa sekalipun dan hanya
sedikit orang-orang yang membela mati-matian tentang agama yang telah
dianutnya.
Inilah sahabatku,bukti nyata Syetan telah mengalahkan
iman kita dan dia berhasil merubah yang baik menjadi buruk dan yang
tidak baik menjadi sesuatu yang harus dibela dan diagung-agungkan.
Apakah
sampai disini kalian dan kita menyangkal bahwa selama ini kita telah
dituntun dan digiring untuk menyekutukan-Nya dan diajak menjadi budak
serta pengikut Iblis Lakhnatulloh?