Kamis, 25 Oktober 2012

Masalah siapa Ahlussunnah WalJamaah

Masalah siapa Ahlussunnah termasuk perkara yang penting, mengingat kedua kelompok ini sama-samn mengaku pengikut Ahlussunnah Waljamaah. Tetapi mengapa kok jadi beda? Padahal masalah kriteria Ahlussunnah Waljamaah ini yang nanti digunakan tolok ukur menentukan mana yang baik dan benar dan mana yang salah dan tidak baik.

Baik langsung saja ke permasalahan, Kedua belah pihak ternyata sepakat atau sama dalam pokok definisi Ahlussunnah waljamaah yaitu  

Golongan Ahlussunnah adalah golongan yang mengikuti Al Qur'an dan Assunnah yakni apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW (meliputi ucapan,perilaku serta ketetapan Baginda). Sedangkan yang dimaksudkan dengan pengertian jemaah adalah sesuatu yang telah disepakati oleh para sahabat Nabi SAW pada masa Khulafa’ Al-Rasyidin yang empat yang telah diberi hidayah oleh Allah SWT    

Adapun perbedaannya NU menambahkan dalam definisi diatas dengan 

 Dari segi ilmu aqidah dan tauhid, ASWAJA mengikut Imam Abu Hassan bin Ismail Al-Asyaari dan Imam Abu Mansur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Al-Maturidi. Dalam ilmu Fiqh, ASWAJA mengikuti mazhab yang empat iaitu Mazhab Hanafi,Maliki,Syafi’e dan Hanbali. Manakala dalam ilmu Tasawuf mengikuti Imam Junayd Al-Baghdadi, Abu Yazid Al-Busthami dan Imam Al-Ghazali.   

Jadi secara umum definisinya NU lebih sempit karena membatasi hanya pada pengikut para imam tersebut dan mengeluarkan golongan yang berbeda dengan mereka sebagai bukan Ahlussunnah wal jamaah.  Sedangkan Salafy juga mengakui keberadaan para Imam Madzhab yang empat tersebut sebagai Imam Ahlussunnah Waljamaah, dan juga mengakui imam-imam lainnya.

Salafy bersifat kritis terhadap paham tasawuf yang di jadikan patokan NU. Salafy menilai NU sebagai pengikut Imam Asy'aari bahkan telah berbeda dengan Imam Asy'aari sendiri. Lihat disini Salafy menilai NU mendefinisikan Ahlussunnah Waljamaah melebihi dari yang dijelaskan dalam hadist tentang Ahlussunnah Waljamaah yakni ma ana alaihi waashaaby dengan membatasi golongan asyairoh saja yang ahlussunnah padahal saat itu banyak ulama yang komitmen pada sunnah,

NU menilai Salafy dalam mengikuti Ahlussunnah wal jamaah tidak bersanad sebagaimana NU, kalau NU bersanad dalam ikut mengikutnya dari Rasulullah sampai ke KH Hasyim Asy'ary (Pendiri NU).

Wallahu a'lam bissowab.

1 komentar:

  1. Definisi NU yang diambil dari buku Mbah Hasyim Asy'ari itu justru lebih luas. Mayoritas umat Islam di dunia (95%) adalah Asy'ariah (Syafi'i-Maliki) dan Maturidiyah (Hanafi dan sebagian Hambali).

    Definisi NU malah sesuai dengan salah satu hasil muktamar internasional ulama aswaja di Chechnya tahun 2016 kemarin. (http://www.salafynews.com/7-hasil-muktamar-internasional-aswaja-di-chechnya.html)

    Bahkan HAMKA yang adalah tokoh besar Muhammadiyah juga pernah mendefinisikan Aswaja, mirip definisi mbah Hasyim:
    “Kita di Indonesia ini adalah golongan Sunni. Jelasnya ialah bahwa dalam menegakan aqidah, kita menganut faham Abul Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturidi. Di dalam amalan syariat Islam kita pengikut madzhab Syafi’i terutama dan menghargai juga ajaran-ajaran dari ketiga imam yang lain: Hanafi, Maliki, dan Hambali”.
    (Artikel Buya Hamka, “Majelis Ulama Indonesia Bicaralah!. Harian Umum Kompas tanggal 11 Desember 1980)

    al-Imam al-Hafizh as-Sayyid Murtadla az-Zabidi (wafat 1205 H) dalam kitab “Ithaf as-Sadah al-Muttaqin bi Syarh Ihya’ ‘Ulumiddin” menuliskan “Jika disebut Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah maka yang dimaksud adalah al-Asy’ariyyah dan al-Maturidiyyah”

    Kalau definisi yang anda pakai di awal itu sumbernya apa? dari siapa?

    BalasHapus

Untuk yang setuju atau yang tidak, atau yang mau nambah keterangan silahkan berkomentar, Jangan panjang lebar dan tolong tegakkan etika berdiskusi. Komentar tidak dimoderasi.